Menurut pria 45 tahun itu, istilah revolusi mental cukup berat karena
menggabungkan dua kata yang bertolak belakang maknanya. Revolusi selalu
identik dengan gerak cepat, sementara perbaikan mental harus dilakukan
secara bertahap. Karena keduanya digabung, berat jadinya.
Anies pun menyederhanakan makna revolusi mental itu sebagai perubahan mindset. Setiap dari kita, orang Indonesia, harus berpikir out of the box: di luar kebiasaan selama ini.
Sebagai contoh, Anies merasa miris melihat mindset: ada orang baik
yang mau menjadi caleg, justru dilarang. Sementara kalau ada orang yang
terkenal tidak baik mau menjadi caleg, justru dianggap biasa. Mindset
ini harus diubah. Setiap orang Indonesia harus berpartisipasi dalam
politik.
Anies kemudian berpesan, “Orang baik itu kalah bukan karena banyak
orang jahat, tapi karena orang baik lainnya hanya diam.” Diam di sini
tentu dalam artian apatis. “Orang baik harus sibuk-sibuk,” tambah Anies.
Anies kemudian menjadikan Jokowi-JK, Presiden dan Wapres Indonesia
yang akan dilantik, sebagai inspirasi. Dua orang baik itu, kata Anies,
bisa saja kalau mau apatis: Pak JK bisa diam-diam saja di rumahnya
menikmati hidup bersama anak-cucu. Begitu pula Pak Jokowi, sibuk dengan
bisnisnya sendiri yang terlanjur maju.
Tapi karena keduanya mau mengambil amanah untuk membawa Indonesia
lebih hebat, “kenapa kita tidak bantu?” Tanya Anies. Rakyat Indonesia
harus turut berpartisipasi membangun negaranya. Jangan cuma mau menjadi
penonton.
0 komentar:
Posting Komentar